Saturday, January 30, 2010

Musim Apa Sekarang?

Jika bertanya-tanya tentang musim apa sekarang, tampaknya jawaban yang tepat adalah MUSIM EKSEKUSI. Menyedihkan saat melihat rumah tempat mereka hidup selama ini, lahir dan besar di sana namun kini hancur rata dengan tanah. Keadaan yang menyakitkan ketika kediaman mereka memiliki dua bukti kepemilikan yang berbeda, atau rumah dinas yang bertahun-tahun dihuni dan kini tidak jelas kepemilikannya. Mari kita lihat satu per satu.

Apa jadinya jika tanah saat ini menjadi barang berharga dengan tujuan penjualan dengan uang yang sangat besar? Saat tanah tidak diperdulikan siapa pemiliknya, lalu uang berbicara dan siapapun bisa menyatakan "itu tanah saya". Adakah mereka memikirkan jika nasibnya sewaktu-waktu bisa seperti orang yang memiliki rumah tersebut? Nampaknya uang memang telah menutupi hati nurani dan logika semua orang. Saat dikatakan sistem pendaftaran tanah di negara ini sudah cukup baik, tapi kenyataan di lapangan tidak berjalan dengan baik. Sertipikat Tanah  bisa dua kepemilikan, terlebih lagi saya pernah menemui 10 Sertipikat Tanah dengan luas dan tempat yang sama (tolong jangan tulis Sertifikat, karena itu salah besar). Mana yang benar? Saya rasa Badan Pertanahan negara ini juga tidak tahu lagi mana yang benar. Sungguh menyedihkan.

Belum lagi maraknya rumah dinas angkatan yang menjadi objek sengketa dan penggusuran secara bertahap (menurut saya tidak bertahap melainkan masal). Kenapa pemerintahan di negara ini jarang sekali menemukan solusi? Selalu jalan akhir tanpa menemukan jalan awal terlebih dahulu. Benar-benar menyedihkan melihat pejuang atau bahkan Purnawirawan yang tidak memiliki apapun di akhir jabatannya, bagaikan tidak ada pengahargaan bagi mereka yang telah mengabdi pada negara ini. Bayangkan jika ini terjadi terus-menerus di negara kita, berapa banyak orang yang tidak dihargai keringatnya selama masa pengabdian. Tolong jangan samakan dengan mereka yang mengabdi dengan pamrih, diakhir jabatan bergelimangan harta dan bebas memiliki apa saja. Memang santunan dibutuhkan diakhir jabatan mereka, namun apa jadinya jika semua mantan pejuang serta Purnawirawan kita yang tidak memiliki tempat tinggal. Berkaca pada negara maju, bahwa penghargaan terhadap keringat seseorang dibayar mahal atas pengabdiannya. Apakah negara ini lupa bahwa kemajuan dari sebuah negara tidak luput dari pengabdian serta penghargaan atas pengabdian seseorang. Semakin pengabdian di negara dihargai, semakin banyak orang yang mau mengabdi dan membela negaranya. Seharusnya mereka melihat langsung bahwa terlalu banyak mereka yang mengabdi tidak memiliki apapun. Tolong jangan bicarakan gaji, saya rasa untuk makan dan biayakan anak-anak sekolah saja harus mencari tambahan lainnya.

Coba bayangkan jika Anda seperti mereka?

No comments:

Post a Comment