Malam terasa berpacu dengan waktu, seakan-akan hari esok tak akan
datang. Semakin terasa terlalu cepat sehingga tidak terasa tahun ini
akan berakhir. Kembali aku buka benda berbentuk kotak di hadapanku,
berisi ratusan lembar kertas yang tiap lembarnya telah tertulis beberapa
harapan atas sebuah pencapaian. Aaaah, sedikit kesal & geram dalam
hati. Lagi-lagi aku menyadari banyaknya waktu yang terlewat, mungkin
waktu marah padaku karena telah disia-siakan, atau memang takdir sedang
tersenyum melihat diriku yang memang belum siap untuk itu.
Menghitung mundur? Rasanya tidak perlu, maju atau mundur tetap tidak bisa mengembalikan waktu yang telah berlalu. Dia pantas pergi karena telah disia-siakan, dan aku pantas menyesali karena kebodohanku.
Lembaran-lembaran kertas seperti mentertawai kegagalanku, riang karena hanya hitungan jari yang tergapai. Yah setidaknya ada yang bisa kuraih *sigh.
Menghitung mundur? Rasanya tidak perlu, maju atau mundur tetap tidak bisa mengembalikan waktu yang telah berlalu. Dia pantas pergi karena telah disia-siakan, dan aku pantas menyesali karena kebodohanku.
Lembaran-lembaran kertas seperti mentertawai kegagalanku, riang karena hanya hitungan jari yang tergapai. Yah setidaknya ada yang bisa kuraih *sigh.