Tuesday, November 9, 2010

Rasa baru kenikmatan

Hidup sangat menyenangkan apabila keindahan & keinginan terwujud secara mutlak.

Hidup sangat memuakkan saat kesengsaraan & kegagalan terjadi meski dalam sekejap.

Hidup juga sangat memilukan saat pengkhianatan & penodaan terhadap keakraban dilakukan bagai membalikan telapak tangan.

Apa yang disenangi tidak selamanya kesenangan secara utuh.

Hal yang memuakkan tidak selamanya dapat membuat kita sampai ingin memuntahkannya.

Rasa yang memilukan belum tentu sepilu yang sesungguhnya.

Semua bisa menjadi teori terbalik.

Kesenangan bisa menjadi semu saat pilu dalam hati terus menggerogoti, mengoyak tanpa disadari. Tepatnya kepalsuan akan kebahagiaan.

Sama seperti memuakkan dan memilukan. Keduanya bisa jadi sangat menyenangkan saat kedua rasa itu terlalu sering dirasakan, tepatnya lebih menikmati keadaan tersebut.

Bagaimana mungkin? Mungkin saja. Saat kedua rasa itu terlalu sering hinggap di dalam diri, amarah & kebencian menjadi juaranya.

Inilah yang dikatakan kenikmatan yang berbeda. Menikmati amarah & kebencian yang berangsur-angsur menjadi suatu kebiasaan.

Buruk? Tergantung. Tergantung bagaimana mereka yang merasakannya. Karena saat amarah & kebencian adalah kunci kesenangan, maka tidak ada laghi kebaikan yang tersisa.

Dendam? Bisa jadi..

Bahaya? Belum tentu..

No comments:

Post a Comment